Jumat, 29 November 2013

Metode Eklektik


Metode Eklektik
(Thariqah Intiqa’iyyah/Eclectic Method)
 
Pendahuluan
Dari paparan tentang aneka ragam metode pembelajaran bahasa asing, tampak jelas bahwa setiap metode memiliki aspek kekuatan dan kelemahan. Berbagai metode datang silih berganti karena adanya ketidakpuasan terhadap metode sebelumnya, namun metode yang baru pun akan mengalami hal yang sama, dikritik dan dianggap tidak mampu lagi memuaskan kepentingan pengajaran bahasa pada masanya. Silih bergantinya berbagai metode bersamaan dengan silih bergantinya kekuatan dan
kelemahan metode.
Pada sisi lain, tujuan pembelajaran bahasa juga berbeda-beda antara satu tempat dan tempat yang lain, antara satu lembaga dan lembaga yang lain, antara satu kurun waktu tertentu dan kurun waktu yang lain. Selain terkait dengan tujuan pembelajaran bahasa asing, kondisi tersebut juga meliputi keadaan guru, keadaan siswa, sarana prasarana dan lain sebagainya. Berdasarkan kenyataan di atas, muncullah Metode Eklektik. Istilah eklektik terambil dari bahasa Inggris eclectic yang dapat berarti pemilihan sesuatu yang dianggap terbaik dari beberapa doktrin, metode atau gaya, dan susunan dari bagian-bagian yang diambil dari berbagai sumber. (www.merriam-webster.com. 2008).
Pada pertemuan sebelumnya telah dikemukakan bahwa setiap metode dikembangkan berdasarkan landasan teori linguistik dan psikologi, dan bahwa setiap metode baru lahir sebagai suatu bentuk kritik, penolakan dan pengganti terhadap metode sebelumnya. Metode yang akan kita bicarakan ini mempunyai pengertian dan karakteristik dasar yang berbeda dengan metode-metode sebelumnya. Yaitu bahwa metode ini tidak dikembangkan berdasarkan suatu teori aliran linguistik dan psikologi tertentu. Metode ini tidak juga lahir untuk menggantikan metode-metode yang telah lahir sebelumnya,
tetapi metode ini lahir sebagai sebuah bentuk usaha pemilihan dan penggabungan dari beberapa metode yang sudah dan akan ada, pada awalnya antara Metode Tata Bahasa-Terjemah, Metode Langsung dan Metode Audiolingual.
Metode eklektik ini mempunyai hubungan yang kuat dengan para tokoh pengajaran bahasa seperti Henry Sweet dan Harold Palmer. Sweet menyatakan bahwa suatu metode yang baik harus bersifat komprehensif dan harus mempertimbangkan berbagai aspek. Suatu metode harus didasarkan pada suatu pengetahuan yang seksama tentang pengetahuan kebahasaan dan dengan memanfaatkan pengetahuan psikologis. Karena aliran kebahasaan dan psikologi beragam dan terkadang bertentangan antara yang satu dengan yang lain, maka Sweet menyarankan adanya suatu jalan tengah antara berbagai aliran yang bertentangan (Sweet dalam River, 1981; 54). Usaha menemukan jalan tengah itulah yang kemudian melahirkan prinsip-prinsip pokok pengajaran bahasa yang didasarkan pada berbagai metode, tidak pada satu metode tunggal yang tidak bisa berubah-ubah. Prinsip-prinsip umum tersebut kemudian dipadukan dengan prinsip-prinsip khusus dalam pengajaran suatu bahasa tertentu.
Guru yang menggunakan Metode Eklektik akan mencoba untuk menyerap teknikteknik terbaik dari berbagai metode pengajaran bahasa lalu memadukannya ke dalam prosedur pengajaran di kelas, menggunakan berbagai metode yang paling sesuai untuk berbagai tujuan yang beragam. Pengguna metode ini yang sesungguhnya akan mencari bentuk pengembangan yang seimbang untuk keempat ketrampilan bahasa dalam semua langkah pembelajarannya. Dengan karaktek yang demikian, selain Thariqah Intiqa’iyah, metode ini juga diberi nama yang beraneka ragam yaitu, Thariqah al-Mu’allim, Thariqah Mukhtarah, Thariqah Taufiqiyah, Thariqah Muzdawijah, dan Thariqah Taulifiyah.
 
Pendekatan Metode Eklektik
Karena metode ini tidak dikembangkan atas dasar teori lunguistik atau teori psikologi
tertentu, maka asumsi-asumsi yang mendukung metode ini lebih bersifat pragmatis daripada teoritis, yaitu sebagai berikut.
1. Setiap metode mempunyai kelebihan-kelebihan tesendiri, dan kelebihan-kelebihan tersebut mungkin bisa dimanfaatkan untuk pengajaran bahasa asing.
2. Tidak ada satu metode pun yang sempurna, sebagaimana halnya tidak ada satu metode pun yang salah total. Tiap-tiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
3. Pandangan bahwa suatu metode dapat melengkapi metode lainnya lebih baik daripada pandangan bahwa terdapat pertentangan antara satu metode dengan metode lainnya.
4. Tak ada satu metode pun yang relevan untuk semua tujuan, semua pembelajar, semua guru, dan semua program pengajaran.
5. Prinsip utama dalam pengajaran terpusat pada pembelajar dan kebutuhannya. Bukan pada metode tertentu tanpa memperhitungkan kebutuhan pembelajar.
6. Seorang guru hendaklah merasa bebas dalam memilih metode yang akan digunakannya sesuai dengan kondisi pembelajar, dengan tidak menutup mata dari berbagai penemuan baru dalam metodologi pengajaran. Seorang guru mungkin dapat memilih satu atau beberapa metode yang sesuai dengan kebutuhan pembelajar dan situasi pembelajaran. (al-Khuliy, 1986: 11-12)
 
Desain Metode Eklektik
Dalam pertemuan sebelumnya kita sudah mempelajari bahwa yang dimaksud dengan desain dalam pembelajaran bahasa mencakup sasaran atau tujuan akhir pengajaran bahasa (baik umum maupun khusus), jenis dan isi silabus bahasa, jenis kegiatan pembelajaran, peran guru, peran siswa dan peran materi pembelajaran. Dan pada bagian pendahuluan metode ini sudah Anda bisa fahami bahwa metode eklektik sebenarnya tidak memiliki bentuk khusus yang mandiri yang berbeda secara keseluruhan dari metode lainnya, karena ia merupakan hasil dari pemilihan dan penggabungan beberapa metode yang dianggap relevan untuk pembelajaran, dengan demikian tidak ada juga desain khusus untuk metode ini. Tujuan pengajaran yang ingin dicapai dengan metode ini adalah tujuan dari beberapa metode yang dipilih dan digabungkannya, begitu juga dengan jenis silabus pengajaran yang tidak akan mungkin satu, yang nantinya akan berimplikasi kepada beragamnya jenis kegiatan pembelajaran, peran guru, peran siswa dan peran materi pembelajaran.
 
Prosedur dan Teknik Metode Eklektik
Metode Elektik sesungguhnya adalah metode yang tersusun dari segi-segi positif berbagai metode pembelajaran bahasa. Karena itu, teknik pengajaran yang digunakan dalam metode ini juga akan beragam, tergantung pada pola pemilihan dan penggabungan yang digunakan oleh guru, yang juga tidak seragam. Artinya, dalam metode ini bahasa ibu bisa dipakai untuk memberi penjelasan-penjelasan dan terjemahan seperlunya untuk mempercepat proses pengajaran, menghindari salah
paham dan mencegah pemborosan waktu. Terjemahan-terjemahan tertentu diberikan ketika dianggap perlu, tata bahasa juga diajarkan secara deduktif, serta beberapa alat bantu audio-visual digunakan untuk memudahkan pembelajaran.
Guru juga dapat mengajarkan tatabahasa, meskipun ia tidak lagi mengasumsikannya sebagai titik awal penguasaan bahasa, hanya lebih merupakan suatu titik rujukan. Guru juga bisa menggunakan berbagai bentuk tadribat/drills (seperti dril dengar-ucap) ketika teknik itu merupakan cara yang efisien untuk melatih siswa melafalkan bunyi-bunyi dan intonasi dari suatu kata atau ungkapan yang penting. Guru akan memberikan beberapa bentuk latihan atau tamrinat/exercises (seperti mal’u al-farag) untuk meningkatkan kesadaran siswa akan ungkapan-ungkapan umum fungsional. Guru bisa memfokuskan
kegiatan pembelajarannya pada ungkapan-ungkapan fungsional ketika para siswa mendengarkan rekaman dari suatu percakapan. Guru dapat menggunakan teknik kesenjangan informasi (fajwah ma’lumat/information gap) kapan saja guru menggapnya perlu. Guru juga dapat menggunakan personalisasi, baik ketika para siswa sedang mempraktekkan bahasa, bersiap-siap untuk bermain peran, atau membaca surat kabar.
Pengajaran diawali dengan pengajaran keterampilan menyimak dan sekaligus berbicara yang disajikan dalam bentuk pengajaran dialog-dialog pendek (hiwarat qashirah), untuk tingkat pemula biasanya ada dua tipe dialog untuk satu dars. Dengan menggabungkan kelebihan dari beberapa metode, misalnya, hiwar dapat diajarkan dengan langkahlangkah berikut:
1. Guru menyampaikan gambaran umum isi (jalan cerita) materi hiwar, bila terpaksa dalam bahasa Indonesia, dan siswa mendengarkannya dengan penuh perhatian.
2. Guru membacakan seluruh bahan ajar, sementara siswa mendengarkannya. Bila perlu dilakukan lebih dari satu kali, agar mereka memahami makna umum bahan tersebut.
3. Guru mengucapkan materi ajar tadi kalimat per kalimat, lalu diikuti/ditirukan oleh siswa seluruhnya, lalu perkelompok, kemudian bila dianggap perlu oleh perorangan, sehingga mereka dapat mengucapkan materi ajar dengan baik dan benar.
4. Guru menjelaskan makna materi pelajaran tersebut, terutama yang mengandung mufradat atau ungkapan baru, dengan berbagai teknik dan media yang sesuai.
5. Guru sekali lagi membacakan materi ajar seperti yang dilakukan pada langkah ketiga. Dengan langkah ini diharapkan siswa memahami makna materi pelajaran tersebut.
6. Beberapa orang siswa secara bergantian diminta untuk memerankan/ meragakan hiwar di depan kelas dengan bimbingan guru.
7. Guru meminta mereka membaca materi ajar pada buku pelajaran masing-masing secara kelompok dan perorangan sesuai waktu yang tersedia.
8. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan mengerjakan beberapa latihan dalam bentuk lisan atau tulisan .
Setelah pengajaran tahap awal selesai, kegiatan pembelajaran berikutnya dapat dilanjutkan dengan pengajaran bentuk kata dan struktur kalimat. Materi qawa’id yang ingin disajikan guru dapat diajarkan dengan menggunakan metode induktif atau metode deduktif. Artinya materi qawai’id dapat diajarkan dengan terlebih dahulu menyajikan contoh-contoh kemudian terus berlanjut sampai kepada pengambilan kesimpulan tentang qawa’id, atau bias juga sebaliknya, bila situasi belajar meggajar
menuntut metode kedua (deduktif). Dengan metode induktif, kegiatan pembelajaran berlangsung melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pendahuluan, dengan mengingatkan siswa kepada pelajaran terdahulu yang erat kaitannya dengan materi qawa’id yang akan diajarkan.
2. Membaca contoh-contoh hingga mereka memahami maknanya.
3. Mendiskusikan unsur qawa’id yang diajarkan yang terdapat dalam tiap contoh.
4. Guru bersama murid menarik kesimpulan dari apa y ang didiskusikan.
5. Membandingkan qawa’id baru dengan apa yang telah dipelajari sebelumnya, atau membandingkan dengan qawa’id dalam bahasa ibu siswa.
6. Siswa ditugaskan untuk mengerjakan latihan di kelas, atau di rumah.
 
Sementara keterampilan membaca dapat diajarkan dengan langkah-langkah berikut:
1. Guru memberi contoh bacaan bahan pelajaran dengan makhraj serta intonasi yang baik dan benar, atau mereka diminta untuk membacanya dalam hati sambil berusaha memahami maknanya secara umum.
2. Guru menyampaikan beberapa pertanyaan tentang kandungan makna bahan pelajaran untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman mereka atas bahan bacaan.
3. Mereka diberi kesempatan menanyakan makna kata, dan ungkapan yang belum difahaminya; lalu guru menjelaskannya dengan cara tanya jawab.
4. Guru meminta siswa membaca beberapa bagian atau seluruh materi bacaan secara bergiliran sesuai dengan waktu yang tersedia. Kesalahan bacaan dibenarkan oleh temannya atau oleh guru sendiri segera setelah kalimat yang mengandung kesalahan itu selesai dibaca. Jadi tidak memotong bacaan siswa di tengah kalimat.
5. Kegiatan pengajaran qira’ah diakhiri dengan tugas menjawab pertanyaan yang telah disediakan saat itu juga atau di rumah.
Kemudian keterampilan menulis diajarkan sesuai dengan tingkat kamampuan siswa, misalnya dengan melatih siswa trampil menulis dan menyusun kalimat-kalimat Arab sederhana dengan benar. Dengan tujuan tersebut, materi pelajaran dapat berkisar pada pola kalimat dan mufradat yang telah diajarkan pada hiwar, qawa’id dan qira’ah.
 
Faktor Petimbangan Pemilihan Metode Pengajaran
Pada kenyataannya tidak ada satu bentuk baku pemilihan dan penggabungan beberapa metode yang ada untuk diramu menjadi satu. Keputusan tersebut diserahkan kepada kebebasan guru sendiri. Karena itu, metode ini bisa menjadi metode yang ideal apabila didukung oleh penguasaan guru secara memadai terhadap berbagai macam metode, sehingga dapat mengambil secara tepat segi - segi kekuatan dari setiap metode dan menyesuaikannya dengan kebutuhan program pengajaran yang ditanganinya,
kemudian menerapkannya secara proporsional. Sebaliknya, metode ini bisa rnenjadi metode “seadanya” atau metode “semau guru”, apabila pemilihannya hanya berdasarkan “selera” guru, atau atas dasar “mana yang paling enak dan paling mudah” bagi guru, artinya pemiihan bukan didasarkan pada pertimbangan yang bertanggung jawab. Bila demikian halnya, maka yang terjadi adalah ketidakmenentuan.
Di samping penguasaan akan berbagai metode pengajaran bahasa asing yang ada, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memilih metode pengajaran bahasa. Penguasaan pada faktor-faktor tersebut dapat membantunya dalam merancang dan mengevaluasi penggunaan metode-metode tersebut. Faktor-faktor yang dimaksud juga sangat bermanfaat sebagai bahan masukan dalam merencanakan dan menilai program pengajaran yang telah dilakuhan. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu: faktor penentu pemilihan metode yang bersifat teoritis (yaitu teori pembelajaran, teori linguistik, serta dimensi sosial dan komunikasi bahasa) dan yang bersifat praktis (Kharma, 1988: 230-236).
 
A. Tujuan Pembelajaran
Tujuan suatu pengajaran sangat mempengaruhi penentuan metode apa yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Apabila program pengajaran berorientasi pada kemampuan menerjemahkan bahasa asing maka metode yang digunakannya mesti akan berbeda kalau dengan tujuannya adalah kemampuan berbicara dengan lancar tersebut. Kalau tujuan pembelajaran adalah kedua hal tersebut, maka metodenya tentu akanmerupakan kombinadi dari metode yang cocok untuk tujuan pertama dengan metode yang relevan untuk tujuan yang kedua, misalnya menggabungkan antara metode qawaid terjemah dengan metode langsung.
 
B. Materi Pelajaran
Dua komponen atau keterampilan berbahasa yang berbeda, pasti memiliki persoalan pengajaran yang berbeda pula, maka metode pengajarannya juga akan berbeda. Penentuan aspek bahasa dan keterampilan bahasa apa yang hendak diajarkan atau ditekankan, akan mengarahkan guru pada pemilihan beberapa metode yang berbeda pula. Dalam hal ini kedalaman pemahaman guru terhadap meteri pelajaran akan sengat menentukan dalam penentuan metode pembelajaran, kenyataannya guru
yang tidak profesional bisa saja mengajarkan materi hiwar dengan cara yang sama dengan ketika dia mengajarkan materi qira’ah, misalnya dua-duanya diterjemahkan kemudian dianalisis dari segi qaidah yang ada dalam kedua materi tersebut.
 
C. Pengajar
Sebagus apapun sebuah metode, tidak akan pernah menghasilkan kesuksesan yang besar kalau diterapkan oleh seorang guru yang tidak berpengatuhan atau berpengalaman menggunakan metode tersebut. Seorang guru yang tidak melatih penggunaan suatu metode sebelum dia mempraktekkannya dalam pembelajaran pasti akan menemukan banyak kesulitan dan hambatan yang akhirnya akan memalingkan guru dari tujuan awalnya.
Seorang guru yang terbiasa menggunakan metode tertentu dalam waktu yang cukup lama akan merasa sulit untuk menggunakan metode baru. Lebih dari itu mungkin saja dia akan menentang setiap pembaharuan dalam metode pengajaran. Dalam kenyataannya, kadang terjadi sebagian guru merasa mantap dengan menggunakan metode tertentu, walau belum tentu metode tersebut relevan untuk
tujuan pembelajarannya. Baik sadar atau tidak kebanyakan guru terjebak dalam penggunakan metode tertentu dan tidak menyukai metode lainnya.
 
D. Pembelajar
Ketika para pembelajar akan mempelajari suatu bahasa, maka guru haruslah merupakan orang yang paling mampu memilih metode pengajaran yang dapat memabantu siswa mencapai tujuannya, serta mampu mendorong semangat dan kesenangan mereka. Kecerdasan anak juga mempunyai hubungan yang signifikan dengan kemampuan belajar bahasa asing mereka. Dengan dmikian, metode pengajaran bahasa untuk anak yang memiliki kecerdasan yang tinggi akan berbeda dengan metode untuk mengajarkan anak yang kecerdasan nya sedang atau biasa – biasa saja. Faktor usia juga mempunyai keterkaitan dengan penentuan metode pengajaran yang akan digunakan. Metode pengajaran yang baik untuk anak-anak bisa jadi tidak baik untuk orang dewasa, demikian juga sebaliknya. Misalnya, anakanak akan lebih efektif diajarkan dengan peniruan dan pengulangan; sedangkan orang dewasa akan lebih baik bila diajarkan dengan metode yang mengandung
penafsiran logika untuk fenomena-fenomena kebahasaan dan pola-pola tatabahasa.
 
 
E. Media Pengajaran
Beberapa metode mempersyaratkan tersedianya media tertentu, seperti kaset, film, gambar-gambar, laboratorium, dan balok-balok warna-warni. Dan ada juga metode yang tidak menggunakan media terentu, artinya cukup dipraktekkan oleh guru tanpa bantuan media. Menggunaan suatu metode yang menuntut media tertentu tanpa media yang dipersyaratkan akan sangat berpengaruh pada rendahnya efekifitas dan efesiensi pembelajaran, karena tuntutan metode tersebut tidak terpenuhi.
 
F. Jumlah Siswa dalam Kelas
Ada beberapa metode pengajaran yang hanya berhasil untuk keias kecil’ sedangkan untuk kelas-kelas besar metode-metode tersebut kurang efektif. Kasus pada aspek metode pengajaran juga berlaku pada guru. Seorang guru mungkin akan merasa berat dan sulit menggunakan metode tertentu pada kelas besar, akan tetapi dia merasa ringan dan mantap ketika dia mengajar di kelas kecil.
 
Ringkasan
Kelahiran Metode Eklektik didorong kondisi objektif dalam pembelajaran bahasa yang menunjukkan bahwa tidak ada sebuah metode tunggal yang bisa digunakan oleh seorang guru untuk segala jenis kondisi dan situasi pembelajaran. Tidak ada sebuah metode yang mampu mewujudkan semua tujuan yang diinginkan dengan karakter para pelajar dan tujuan pembelajaran yang tidak seragam dan bisa berubah-berubah. Pada saat yang sama tidak ada satu metode pun yang sempurna yang selamat dari berbagai kritikan dan kekurangan, sebagaimana halnya tidak ada satu metode pun yang sama sekali tidak bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran. Sebagai akibatnya tidak tidak ada satu metode pun yang dapat digunakan untuk semua tujuan, semua pembelajar, semua guru, dan semua program pengajaran. Karena setiap metode mempunyai kelebihan dan kekuarangan sendiri. Melihat kondisi demikian, guru dituntut dan diberi kebebasan untuk memilih dari berbagai metode apa yang terbaik dan paling sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi pelajaran, kemampuan guru dan siswa, ketersedian media pembelajaran, serta jumlah siswa dalam kelas. Faktor-faktor tersebut adalah factor yang mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran, dan pada saat yang sama juga dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang dipilih.
 
Daftar Pustaka
Aziz Fakhrurrozi & Erta Mahyudin, Pembelajaran Bahasa Arab, Derektorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama, 2012
 
                                           

|

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sponsors : Best Themes | New WP Themes | Best Blogger Themes
Copyright © 2013. M Taufiq - All Rights Reserved
Template Design by Shihara | Published by New Blog Themes
Powered by Blogger